Sunday, June 19, 2011

Cinta Rasulullah s.a.w. kepada umatnya


Nabi Muhammad s.a.w. adalah manusia agung yg ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman. Semulia-mulia insan di dunia untuk mengingatkan kita. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar suara seorang yang berseru mengucapkan salam."Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah, "siapakah itu wahai anakku?". "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang sangat mengetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibrail tidak ikut bersama menyertainya. kemudian dipanggillah Jibrail yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibrail, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasulullah dengan suara yang sangat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat menanti rohmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibrail. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" tanya Jibrail lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya, " kata Jibrail. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan-lahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah disimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibrail, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan-lahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya tertunduk semakin dalam dan Jibrail memaling muka. "Jijikkah kau melihatku,hingga kau palingkan wajahmu Jibrail?" Tanya Rasulullah pada malaikat penghantar wahyu itu."Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direntap ajalnya," kata Jibrail. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengerang kesakitan, kerana sakitnya tidak tertahan lagi. "Ya Allah,dahsyatnya rasa maut ini, timpakan saja semua seksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mula dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uusiikum bis-salaati, wamaa malakat aimaanukum- peliharalah solat dan peliharalah orang-orang yang lemah di antaramu." Di luar pintu, tangisan mula terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mula kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii!" - "Umatku, umatku, umatku" dan berakhirlah hidup manusia mulia yang memberikan sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma solli 'alaa Muhammad wa'alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita...

No comments:

Post a Comment